Jumat, 16 Oktober 2015

HUBUNGAN KEJADIAN HIPEREMESIS GRAVIDARUM DENGAN BERAT BAYI LAHIR PADA IBU BERSALIN DI RSUD AMBARAWA
KABUPATEN SEMARANG



Elli Yafit Viviawati), Heni Setyowati2), Eti Salafas3)
Akademi Kebidanan Ngudi Waluyo
Email: UP2M@AKBIDNgudiWaluyo


ABSTRAK

Elli Yafit Viviawati, 2015 ;  Hubungan Kejadian Hiperemesis Gravidarum dengan Berat Bayi Lahir pada Ibu bersalin di RSUD Ambarawa Kabupaten Semarang. Karya Tulis Ilmiah. DIII Kebidanan Ngudi Waluyo.

Pembimbing I. Heny Setyowati, S.SiT, M.Kes. II. Eti Salafas, S.SiT 



Berdasarkan perkiraan organisasi kesehatan dunia World Health Organization (WHO) hampir semua (98%) dari Lima juta kematian neonatal terjadi di Negara berkembang. Lebih dari dua pertiga kematian itu terjadi pada periode neonatal dini umumnya terjadi karena Hiperemesis Gravidarum yang menyebabkan berat badan lahir kurang dari 2500 gram.
Tujuan penelitian mengetahui hubungan kejadian hiperemesis gravidarum dengan berat bayi lahir pada ibu bersalin di RSUD Ambarawa Kabupaten Semarang.
Desain penelitian ini menggunakan studi korelasi. Populasi dalam Karya Tulis Ilmiah penelitian ini adalah seluruh ibu melahirkan di RSUD Ambarawa Kabupaten Semarang pada tahun 2014 sebanyak 519 persalinan. Seluruh ibu melahirkan di RSUD Ambarawa Kabupaten Semarang pada tahun 2014 yang masuk kriteria inklusi eksklusi sebanyak 198 ibu bersalin dengan teknik Purposive Sampling. Jenis data yang diambil pada penelitian ini terdiri data sekunder yaitu data persalinan ibu bersalin di RSUD Ambarawa tahun 2014 dengan uji Chi Square
Hasil penelitian sebagian responden mengalami hiperemesis gravidarum sebanyak 40 responden (20,2%). Sebagian responden melahirkan BBLR sebanyak 36 responden (18,2%). Ada hubungan antara kejadian hiperemesis gravidarum dengan berat bayi lahir pada ibu bersalin di RSUD Ambarawa Kabupaten Semarang dengan nilai p value 0,000 < (0,05).
Saran bidan diharapkan memberikan konseling secara terus menerus  pada ibu hamil agar saat terjadi hiperemesis dapat tertangani dan tidak terjadi BBLR.

Kata Kunci      : hiperemesis gravidarum, berat bayi lahir





ABSTRACT
 
 
Viviawati, Elli Yafit. 2015; The Correlation between Hyperemesis Gravidarum Incidence and Newborn Weight on Delivery Mother at RSUD Ambarawa Regency Semarang. Scientific Paper. Ngudi Waluyo Midwifery Academy. First Advisor: Heni Setyowati, S.SiT.,M.Kes. Second Advisor: Eti Salafas, S.SiT
 
 
Based on the prediction of the World Health Organization (WHO) almost all (98%) of the five million neonatal deaths occur in developing countries. More than two-thirds of the deaths occurred in the early neonatal period and generally occur as an effect of hyperemesis gravidarum that causes birth weight less than 2500 grams.
This study aims to find the find the correlation between the incidences of hyperemesis gravidarum and low birth weight in mothers delivered at Ambarawa Regional Hospital Semarang Regency.
This was a correlative study. The population in this study was all mothers who giving birth at RSUD Ambarawa. Regency in 2014 as many as 519 mothers and who qualified on the inclusion and exclusion criteria as many as 198 mothers that sampled by using the purposive sampling technique. The data in this study consisted of secondary data of the deliveries at RSUD Ambarawa in 2014 that analyzed by using Chi Square test.
The results of this study indicate that most respondents suffered from hyperemesis gravidarum as many as 40 respondents (20.2%). Most respondents gave birth with LBW as many as 36 respondents (18.2%). There is a correlation between the incidence of hyperemesis gravidarum and low birth weight at mothers delivered at Ambarawa Public Hospital Semarang Regency with p value of 0.000 < (0.05).
The midwives are expected to provide counseling program continuously for the pregnant women so that in the hyperemesis can be treated and the LBW does not occur.

Keywords          : hiperemesis gravidarum, low birth weight





PENDAHULUAN

Latar Belakang
Angka Kematian Ibu (AKI) dijadikan salah satu indikator keberhasilan sistem pelayanan kesehatan suatu negara. Angka Kematian Ibu (AKI) adalah indikator dibidang kesehatan obstetri. Sekitar 800 wanita meninggal setiap harinya dengan penyebab yang berkaitan dengan kehamilan dan persalinan. Hampir seluruh kematian maternal terjadi di negara berkembang dengan tingkat mortalitas yang lebih tinggi di area pedesaan dan komunitas miskin dan berpendidikan rendah (WHO, 2012).
Berdasarkan perkiraan organisasi kesehatan dunia World Health Organization (WHO) hampir semua (98%) dari Lima juta kematian neonatal terjadi di Negara berkembang. Lebih dari dua pertiga kematian itu terjadi pada periode neonatal dini umumnya terjadi karena Hiperemesis Gravidarum yang menyebabkan berat badan lahir kurang dari 2500 gram. Menurut WHO 17% dari 25 juta persalinan pertahun adalah Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) dan hampir semua terjadi di Negara berkembang (Dinkes, 2009).
Hiperemesis gravidarum dapat dideteksi dan dicegah pada masa kehamilan dengan cara pemeriksaan kehamilan secara teratur dengan penanganan yang baik. Deteksi dini terhadap tanda bahaya kehamilan dilakukan minimal 4 kali selama ibu hamil atau dilakukan pada tiap trimester yaitu pada kunjungan pertama atau Trimester I tanda bahaya yang diwaspadai adalah anemia, penyakit keturunan, infeksi dan degenerative, perdarahan (Abortus, kehamilan ektopik terganggu, mola hidatidosa), hiperemesis gravidarum, kelainan genetik janin jika memiliki resiko tinggi. Pada kunjungan ulang atau Trimester II yang harus diwaspadai tentang kejadian atau tanda bahaya yaitu perdarahan, preeklampsia dan eklampsia, gangguan pertumbuhan janin. Pada kunjungan Trimester III tanda bahayanya adalah adanya kehamilan ganda, ibu mengalami perdarahan (plasenta previa atau solusio plasenta) (Ai Yeyeh, 2010 : hal 5).
Mual dan muntah terjadi pada 60-80% pada primigravida dan 40-60% multigravida. Perasaan mual ini disebabkan karena meningkatnya kadar hormon estrogen dan HCG dalam serum. Pengaruh fisiologik kenaikan hormon ini belum jelas, mungkin karena sistem syaraf pusat atau pengosongan lambung yang berkurang. Wanita dapat menyesuaikan dengan keadaan ini, meskipun demikian gejala mual dan muntah yang berat dapat berlangsung sampai 4 bulan. Pekerjaan sehari-hari menjadi terganggu dan keadaan umum menjadi buruk. Keadaan inilah yang disebut hiperemesis gravidarum. Wanita hamil memuntahkan segala apa yang dimakan dan diminum hingga berat badannya sangat turun, turgor kulit berkurang, diuresis berkurang dan timbul asetonuri, keadaan ini disebut hiperemesis gravidarum dan memerlukan perawatan di rumah sakit. Perbandingan insiden hiperemesis gravidarum 4:1000 kehamilan. Sindrom ini ditandai dengan adanya muntah yang sering, penurunan berat badan, dehidrasi, asidosis karena kelaparan, alkalosis, yang disebabkan menurunnya asam HCl lambung dan hipokalemia.
Dampak yang ditimbulkan dari hiperemesis gravidarum pada ibu yaitu kekurangan nutrisi dan cairan sehingga keadaan fisik ibu menjadi lemah dan lelah dapat pula mengakibatkan gangguan asam basa, pneumonia aspirasi, robekan mukosa pada hubungan gastroesofagi yang menyebabkan peredaran ruptur esofagus, kerusakan hepar dan kerusakan ginjal, ini akan memberikan pengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan janin karena nutrisi yang tidak terpenuhi atau tidak sesuai dengan kehamilan, yang mengakibatkan peredaran darah janin berkurang (Setiawan, 2007). Hiperemesis gravidarum ini jika terjadi hanya diawal kehamilan pada janin/bayi tidak berdampak terlalu serius, tapi jika sepanjang kehamilan si ibu menderita hiperemesis gravidarum, maka kemungkinan bayinya mengalami BBLR, IUGR, Prematur hingga menjadi abortus (Prawirohardjo, 2009 : hal 815).
Berdasarkan studi pendahuluan yang telah dilakukan di RSUD Ambarawa pada bulan Juni sampai November 2014 terdapat ibu bersalin 259 dimana didapatkan data ibu bersalin dengan riwayat hiperemesis gravidarum 20 ibu (7,72%), preeklampsi berat 94 ibu (36,29%), ketuban pecah dini 18 ibu (6,94%), Anemia 12 ibu (4,63%), hepatitis 5 ibu (1,93%), serotinus 16 (6,17%), Infeksi menular seksual 4 ibu (1,54%), gemelli 6 ibu (2,31%), hipertensi gestasional 7 ibu (2,70%), jantung 1 ibu (0,38%), lahir spontan 76 ibu (29,34%). dengan jumlah kejadian BBLR sebanyak 106 bayi (40,93%) dan sisanya normal (59,07%).
Berdasarkan data yang diperoleh pada bulan Januari-Februari 2014 di RSUD Ambarawa didapatkan data jumlah ibu bersalin sebanyak 87 dengan riwayat hiperemesis sebanyak 7(8,04%) ibu. Dari 7 (8,04%) ibu ini didapatkan berat lahir bayinya : 4 bayi (57,1%) berat bayi lahir rendah dan 3 bayi (42,8%) berat badan lahir nya normal. Masalah yang dapat dilihat dari 100% ibu melahirkan dengan riwayat hiperemesis masih ada 57,1% yang melahirkan berat bayi lahir rendah. Peneliti juga melakukan wawancara kepada bidan ditemukan hasil wawancara yaitu Ibu yang menderita hiperemesis gravidarum ditemukan sampai mengalami dehidrasi dan penurunan berat badan drastis serta keadaan umumnya buruk sehingga perlu dirawat di rumah sakit segera dan ditangani dengan penambahan nutrisi berupa cairan, glukosa, elektrolit serta vitamin melalui infus, tetapi setelah dirawat selama 1 bulan ketika sudah pulang pada bulan berikutnya ibu mengalami hyperemesis gravidarum  sehingga perlu dirawat lagi. Kejadian hiperemesis gravidarum juga ada yang sampai trimester III dan pertumbuhan janin tidak sesuai dengan umur kehamilan sampai ibu mengalami nyeri ulu hati, ada juga ibu yang mengalami hiperemesis berat hingga terjadi gangguan pencernaan pada esophagus dan terjadi ulkus lambung, sehingga memperberat keadaan umum ibu dan melahirkan bayi berat lahir rendah. Berdasarkan fenomena tersebut menunjukkan jika tidak mendapatkan penanganan yang baik, keadaan dapat menjadi lebih buruk dan dapat mengancam kehidupan ibu dan . Berdasarkan data yang telah didapat  diatas maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan kejadian hiperemesis gravidarum dengan berat bayi lahir di RSUD Ambarawa.

Tujuan
1.      Tujuan Umum
Mengetahui hubungan kejadian hiperemesis gravidarum dengan berat bayi lahir pada ibu bersalin di RSUD Ambarawa Kabupaten Semarang.
.
2.      Tujuan Khusus
a.  Mengetahui karakteristik ibu bersalin (pendidikan, pekerjaan) di RSUD Ambarawa Kabupaten Semarang.
b.      Mengetahui kejadian hiperemesis gravidarum di RSUD Ambarawa Kabupaten Semarang.
c.       Mengetahui berat bayi lahir pada ibu bersalin di RSUD Ambarawa Kabupaten Semarang.
d.      Mengetagui hubungan kejadian hiperemesis gravidarum dengan berat bayi lahir pada ibu bersalin di RSUD Ambarawa Kabupaten Semarang.


A.     Manfaat penelitian
1.      Bagi Responden
Pengalaman untuk menambah wawasan dan meningkatkan pengetahuan ibu hamil tentang hiperemesis gravidarum dengan berat bayi lahir.
2.      Bagi RSUD Ambarawa
Bahan informasi dan menjadi masukan dalam menetapkan kebijakan kualitas dan mutu pelayanan kebidanan Rumah Sakit Umum Daerah Ambarawa Kabupaten Semarang.
3.      Bagi Instituti Pendidikan
Bahan referensi atau sumber informasi bagi mahasiswi yang akan melakukan penelitian dan dapat dimanfaatkan sebagai sumber bacaan.
4.      Bagi Peneliti
Pengalaman berharga dalam rangka menambah wawasan pengetahuan serta pengembangan diri, khususnya dalam bidang penelitian lapangan.


METODE PENELITIAN
Dalam penelitian ini variabel yang diteliti menggunakan jenis variabel bebas (Variabel Independen) dan variabel terikat (Variabel Dependen). Penelitian ini variabel yang diteliti menggunakan jenis variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebasnya adalah kejadian hiperemesis gravidarum dan variabel terikatnya adalah berat bayi lahir. 
 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di RSUD Ambarawa Kabupaten Semarang. Penelitian ini dilakukan di RSUD Ambarawa Kabupaten Semarang pada Bulan Mei 2015.

Jenis penelitian ini adalah penelitian korelasional yaitu penelitian yang mencari ada tidaknya hubungan dua variabel penelitian. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan cross sectional. Pendekatan cross sectional yaitu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor resiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point time approach). Artinya, tiap subjek penelitian hanya diobservasi sekali saja dan pengukuran dilakukan terhadap status karakter atau variabel subjek penelitian diamati pada waktu yang sama (Notoatmodjo, 2012 : hal 38) Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu melahirkan di RSUD Ambarawa Kabupaten Semarang pada tahun 2014 sebanyak 519 persalinan. Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh ibu melahirkan di RSUD Ambarawa Kabupaten Semarang pada tahun 2014 sebanyak 198 ibu bersalin dengan kriteria inklusi sebagai berikut:
1.      Ibu melahirkan normal tanpa komplikasi kecuali partus macet, partus tak maju, serotinus di RSUD Ambarawa Kabupaten Semarang pada tahun 2014.
2.      Ibu melahirkan secara sectio caesaria tanpa komplikasi kecuali letak lintang, letak sungsang, riwayat sectio caesaria di RSUD Ambarawa Kabupaten Semarang pada tahun 2014.
3.      Ibu melahirkan dengan faktor pengganggu hanya dengan hiperemesis gravidarum.
4.      Terdapat data riwayat kehamilan dan data BB bayi dalam rekam medis.
Tehnik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah menggunakan teknik Purposive Sampling yaitu pengambilan sampel didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri, berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya (Notoatmodjo, 2012 hal: 124). Jenis data yang diambil pada penelitian ini terdiri data sekunder. Data sekunder adalah data yang sudah tersedia sehingga kita tinggal mencari dan mengumpulkan (Sugiyono, 2008 : hal 92). Dalam penelitian ini data sekunder yang digunakan adalah data persalinan ibu bersalin di RSUD Ambarawa Tahun 2014. Instrumen yang digunakan untuk mengambil data dalam penelitian ini berupa lembar rekap data dan rekam medis kejadian hiperemesis dan berat badan bayi lahir. Analisis data dinyatakan dalam bentuk distribusi frekuensi dan persentase kemudian dianalisis secara univariat dapat dibuat distribusi frekuensi dan proporsi atau prosentase :
P = F/N X 100%

Keterangan :
P : Jumlah presentase
F : Frekuensi
N : Jumlah keseluruhan sampel

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil
Analisis Univariat
1.      Karakteristik ibu melahirkan di RSUD Ambarawa Kabupaten Semarang
a.       Pendidikan

Tabel 4.1. Distribusi frekuensi pendidikan  ibu melahirkan di RSUD Ambarawa Kabupaten Semarang
Pendidikan
Frekuensi
Persentase (%)
Tinggi
Menengah
Dasar
9
112
77
4,5
56,6
38,9
Jumlah
198
100,0%

Tabel 4.1. menunjukkan  bahwa sebagian besar pendidikan responden menengah sebanyak 112 responden (56,6%),
b.      Pekerjaan
Tabel 4.2. Distribusi frekuensi pekerjaan  ibu melahirkan di RSUD Ambarawa Kabupaten Semarang
Pekerjaan
Frekuensi
Persentase (%)
Tidak bekerja
Bekerja
49
149
24,7
75,3
Jumlah
198
100,0%

Tabel 4.2. menunjukkan  bahwa sebagian besar responden bekerja sebanyak  149 responden  (75,3%)
2.
Tabel 4.3.   Distribusi frekuensi kejadian hiperemesis gravidarum di RSUD Ambarawa Kabupaten Semarang
Hiperemesis Gravidarum
Frekuensi
Persentase (%)
Hiperemesis
Tidak Hiperemesis
40
158
20,2
79,8
Jumlah
198
100,0%

                 Berdasarkan tabel 4.3. dapat dilihat bahwa sebagian besar responden tidak mempunyai riwayat hiperemesis gravidarum sebanyak 158 responden (79,8%)
3.   
Tabel 4.4.   Distribusi frekuensi kejadian berat bayi lahir di RSUD Ambarawa Kabupaten Semarang



Berat bayi lahir
Frekuensi
Persentase (%)
BBLR
Normal
36
162
18,2
81,8
Jumlah
198
100,0%

                 Berdasarkan tabel 4.4. dapat dilihat bahwa sebagian besar responden melahirkan bayi dengan berat normal sebanyak 162 responden (81,8%)


Analisis Bivariat

4.      Hubungan antara kejadian hiperemesis gravidarum dengan berat bayi lahir pada ibu bersalin di RSUD Ambarawa Kabupaten Semarang
Tabel 4.5.   Hubungan antara kejadian hiperemesis gravidarum dengan berat bayi lahir pada ibu bersalin di RSUD Ambarawa Kabupaten Semarang
Hiperemesis
Berat bayi lahir
Jumlah

X2
p value
BBLR
 Normal
F
 %
f
%
F
%
Hiperemesis
Tidak Hiperemesis
24
12
60,0
7,6
16
146
40,0
92,4
40
158
100,0
100,0
55,45
0,000
Jumlah
36
18,2
162
81,8
198
100,0%



     Berdasarkan tabel 4.5 dapat dilihat bahwa responden yang mempunyai riwayat hiperemesis sebagian besar bayinya lahir dengan berat bayi lahir rendah sebanyak 24 bayi (60,0%)
Berdasarkan uji chi square dapat dilihat bahwa nilai p value 0,000 < (0,05) yang artinya ada hubungan antara kejadian hiperemesis gravidarum dengan berat bayi lahir pada ibu bersalin di RSUD Ambarawa Kabupaten Semarang.

PEMBAHASAN
Analisa Univariat

Pendidikan
Dari Tabel. 4.1 Hasil penelitian didapatkan sebagian besar pendidikan responden menengah sebanyak 112 responden (56,6%) dan sebagian besar responden tidak mengalami hiperemesis gravidarum sebanyak 87 responden (77,7%)%) hal ini dikarenakan pendidikan ibu membuat ibu semakin mudah menerima informasi dan pengetahuan yang tinggi sangat mempengaruhi kejadian hiperemesis gravidarum. Ibu tahu dan dapat mengatasi hiperemesis gravidarum, ibu juga memeriksakan kehamilan dengan rutin dan memperhatikan nutrisi selama kehamilan meskipun demikian masih ada 25 responden (22,3%) yang mengalami hiperemesis gravidarum dikarenakan ibu kurang mengetahui tanda bahaya pada kehamilan sehingga kejadian hiperemesis dianggap tidak berbahaya padahal hiperemesis gravidarum ini apabila terjadi sepanjang kehamilan maka kemungkinan bayinya mengalami berat bayi lahir rendah, prematur hingga terjadi abortus.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Caixar Agus Sudharmono tahun 2013 dengan judul hubungan tingkat pendidikan formal dengan pengetahuan ibu hamil tentang hiperemesis gravidarum yang hasilnya responden yang memilki pendidikan tinggi dan memiliki pengetahuan baik tentang hiperemesis gravidarum sebanyak 20 orang (76,9%) dan buruk sebanyak 6 orang (23,1%). Sedangkan responden yang memiliki pendidikan rendah memiliki pengetahuan baik sebanyak 4 orang ( 23,5% ) dan buruk sebnyak 13 orang (76,5%). Ada hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan dengan pengetahuan ibu hamil tentang hiperemesis gravidarum (p-value 0,002 p<0,05 ).

Pekerjaan
Dari tabel 4.2 Faktor pekerjaan juga mempengaruhi kejadian hiperemesis gravidarum  hasil penelitian didapatkan sebagian besar responden bekerja sebanyak  149 responden  (75,3%) 35 respoden (23,5%) mengalami hiperemesis gravidarum disamping itu juga kehamilan kurang mendapat kebijakan oleh perusahaan karena mereka menganggap kehamilan akan mengakibatkan wanita itu tersingkir dari promosi atau tertahan disuatu posisi karena pada saat hamil kemungkinan dapat menimbulkan kesulitan – kesulitan (penyakit kehamilan) tertentu bagi wanita yang bekerja (Surya Rusdy, 2003).
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Cendy Sistarani tahun 2009 dengan judul gambaran karakteristik pada ibu hamil yang mengalami hiperemesis gravidarum di Rumah Sakit Umum Daerah Karawang Tahun 2007-2008 dengan hasil penelitian pada 38 ibu hamil yang mengalami hiperemesis gravidarum, sebagian besar terjadi pada hiperemesis gravidarum tingkat I sebanyak 78,9%, primi gravida sebanyak 57,9%, pendidikan SMA 50%, Status tidak bekerja 68,4%, sedangkan mola hidatidosa dan kehamilan ganda 0%.  Dari 38 ibu hamil yang mengalami hiperemesis gravidarum, hiperemesis gravidarum tingkat I  sebanyak 78,9% yang sebagian besar dipengaruhi oleh faktor status tidak bekerja ibu sebanyak 68,4%.
Kejadian hiperemesis gravidarum di RSUD Ambarawa Kabupaten Semarang
Dari tabel 4.3 Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar responden tidak mempunyai riwayat hiperemesis gravidarum sebanyak 158 responden (79,8%) dan yang mempunyai riwayat hiperemesis gravidarum sebanyak 40 responden (20,2%). Ibu yang mengalami hiperemesis gravidarum lebih sedikit disebabkan penyebab hiperemesis gravidarum sendiri belum diketahui secara pasti tetapi beberapa ibu mengalaminya.
Hiperemesis gravidarum diartikan keluhan mual muntah yang dikategorikan berat jika ibu hamil selalu muntah setiap kali minum atau makan. Akibatnya, tubuh sangat lemas, muka pucat, dan frekuensi buang air kecil menurun drastis, aktifitas sehari-hari menjadi terganggu dan keadaan umum menurun. Meski begitu, tidak sedikit ibu hamil yang masih mengalami mual muntah sampai trimester ketiga (Cuningham 2005 dalam Ai yeyeh, 2010 : hal 113).
Hasil penelitian didapatkan sebagian besar ibu tidak mengalami hiperemesis gravidarum dan kehamilanya tidak mengalami komplikasi yang lain sehingga keadaan ibu normal. Kejadian Hiperemesis gravidarum  yang merupakan komplikasi mual dan muntah pada hamil muda, bila terjadi terus menerus dapat menyebabkan dehidrasi dan tidak imbangnya elektrolit dengan alkolosis hipokloremik. Belum jelas mengapa gejala-gejala ini hanya terjadi pada sebagian  kecil  wanita, tetapi faktor psikologik merupakan faktor utama, disamping pengaruh hormonal. Wanita yang sebelum kehamilan sudah menderita lambung  spastik dengan gejala tidak suka makan dan mual, akan mengalami emesis gravidarum yang lebih berat (Wiknjosastro 2005, 2010 : hal 120). Hasil penelitian didukung penelitian yang dilakukan oleh Cendy Sistarani tahun 2009 dengan judul gambaran karakteristik pada ibu hamil yang mengalami hiperemesis gravidarum di Rumah Sakit Umum Daerah Karawang Tahun 2007-2008 dengan hasil penelitian pada 38 ibu hamil yang mengalami hiperemesis gravidarum, sebagian besar terjadi pada hiperemesis gravidarum tingkat I sebanyak 78,9%, primi gravida sebanyak 57,9%, pendidikan SMA 50%, Status tidak bekerja 68,4%, sedangkan mola hidatidosa dan kehamilan ganda 0%.  Dari 38 ibu hamil yang mengalami hiperemesis gravidarum, hiperemesis gravidarum tingkat I  sebanyak 78,9% yang sebagian besar dipengaruhi oleh faktor status tidak bekerja ibu sebanyak 68,4%.

Kejadian berat bayi lahir di RSUD Ambarawa Kabupaten Semarang
                 Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian responden yang mengalami hiperemesis gravidarum melahirkan bayi dengan berat bayi lahir rendah sebanyak 24 responden (61,5%) hal ini dikarenakan sebagian besar ibu yang bayinya BBLR terjadi pada ibu yang pendidikan dasar sehingga kurang pengetahuannya dalam menjaga kehamilan  dan menghindari faktor-faktor yang menyebabkan BBLR. Selain itu responden pada penelitian ini sebagian besar ibu bekerja sehingga pekerjaan ibu yang berat dimana ibu kurang beristirahat dapat menjadi pemicu kejadian BBLR Hasil penelitian Iin Tri Marlinawati dengan judul Faktor Risiko Yang Berhubungan Dengan Kejadian BBLR Di RSUD Ungaran Tahun 2013 didapatkan hasil responden yang melahirkan bayi BBLR berdasarkan usia ibu paling banyak adalah ibu yang berusia berisiko (<20 dan >35 tahun) yaitu 45,6% (62 responden), berdasarkan jarak kehamilan ibu berisiko (<2 tahun) yaitu 45,6% (41 responden), berdasarkan paritas ibu berisiko (>3 anak) yaitu 45,1% (32 responden). Analisis bivariat menunjukkan bahwa ada hubungan antara usia ibu dengan kejadian BBLR, ada hubungan antara jarak kehamilan dengan kejadian BBLR, ada hubungan antara paritas dengan kejadian BBLR. Simpulan : ada hubungan antara faktor risiko dengan kejadian BBLR di RSUD Ungaran Tahun 2013

Hubungan antara kejadian hiperemesis gravidarum dengan berat bayi lahir pada ibu bersalin di RSUD Ambarawa Kabupaten Semarang
     Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat menunjukkan bahwa  ada hubungan antara kejadian hiperemesis gravidarum dengan berat bayi lahir pada ibu bersalin di RSUD Ambarawa Kabupaten Semarang dengan nilai p value 0,000 < (0,05).
     Ada hubungan antara kejadian hiperemesis gravidarum dengan berat bayi lahir pada ibu bersalin di RSUD Ambarawa Kabupaten Semarang  dapat dilihat pada hasil penelitian dimana responden yang mempunyai riwayat hiperemesis gravidarum ada 40 (20,2%) yang melahirkan berat bayi lahir rendah ada 24 responden (60,0%) dan yang melahirkan berat badan lahir normal ada 16 responden (40,0%).     Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Raudhatul Janah tahun 2013 dengan judul hubungan hiperemesis gravidarum dengan berat badan bayi lahir pada ibu bersalin di wilayah kerja UPTD Puskesmas Jaya Baru Banda Aceh didapatkan hasil dari 70 responden yang mengalami hiperemesis gravidarum dan berat badan lahir rendah sebesar 62,1% sedangkan dari 70 responden yang tidak mengalami hiperemesis gravidarum dan berat badan lahir normal sebesar 80,5%. Hasil penelitian juga menyatakan ada hubungan antara hiperemesis gravidarum dengan berat badan bayi lahir dengan nilai p-value 0,001.



PENUTUP

Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan peneliti maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
Karakteristik ibu melahirkan
a.       Sebagian besar pendidikan responden menengah sebanyak 112 responden (56,6%).
b.      Sebagian besar responden bekerja sebanyak  149 responden  (75,3%).
1.         Sebagian responden mengalami hiperemesis gravidarum sebanyak 40 responden (20,2%).
2.         Sebagian responden melahirkan BBLR sebanyak 36 responden (18,2%).
3.         Ada hubungan antara kejadian hiperemesis gravidarum dengan berat bayi lahir pada ibu bersalin di RSUD Ambarawa Kabupaten Semarang dengan nilai p value 0,000 < (0,05).

Saran
1.      Bagi  Bidan
            Bidan diharapkan memberikan konseling secara terus menerus  pada ibu hamil agar saat terjadi hiperemesis dapat tertangani dan tidak terjadi BBLR.
2.      Bagi RSUD Ambarawa
            RSUD Ambarawa diharapkan memberikan SOP bagi segenap tenaga kesehatan untuk berupaya penuh pada penanganan hiperemesis gravidarum sehingga tidak sampai terjadi berat bayi lahir rendah saat ibu melahirkan.
3.      Bagi Peneliti Lain
            Peneliti lain diharapkan meneliti faktor lain yang dapat mempengaruhi berat bayi lahir rendah pada ibu melahirkan seperti anemia.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto. Prosedur penelitian Suatu Pendekatan. Jakarta. Rhineka Cipta : 2013
Arisman. Gizi dalam Daur Kehidupan. Jakarta : EGC : 2004.
Cunningham. Obstetri Williams. EGC. Jakarta : 2005
Caixar Agus Sudharmono. Hubungan tingkat pendidikan formal dengan pengetahuan ibu hamil tentang hiperemesis gravidarum. 2013 http://www.e-jurnal.com/2014/10/hubungan-tingkat-pendidikan-formal.html
Cendy Sistarani. Gambaran karakteristik pada ibu hamil yang mengalami hiperemesis gravidarum di Rumah Sakit Umum Daerah Karawang Tahun 2007-2008. http://www.e-jurnal.com/2014
Depkes.  Kebijakan Depkes Dalam Penurunan AKI &AKB. Jakarta : 2009.
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. Profil Kesehatan 2012 Provinsi Jawa tengah. Semarang : 2012.
Hidayat, A. Riset Keperawatan dan Tehnik penulisan Ilmiah. Jakarta : Salemba Medika ; 2007.
Linda. Hubungan Kejadian Hiperemesis Gravidarum dengan berat badan bayi lahir pada ibu bersalin di wilayah kerja UPTD Puskesmas Jayabaru Banda Aceh. 2012. http://180.241.122.205/docslide/raudhatul_jannah-pp.pdf
Notoatmodjo . Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta : 2010
Pantiawati. Bayi dengan Berat Lahir Rendah. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirihardjo. Jakarta: 2010.
Prawirohardjo.  Ilmu kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo : 2009
Pudjiadi. Pedoman Pelayanan Medis Ikatan  Dokter Anak Indonesia. Jakarta: IDAI : 2010.
Riwidikdo.  Statiksik kesehatan. Jogjakarta: Mitra Cendekia Press; 2009
Rukiyah, Ai Yeyeh. Asuhan Kebidanan IV (Patologi Kebidanan). Jakarta : Trans Info Media : 2010
Sugiyono. Statistika untuk Penelitian. Jakarta: Alfabeta  : 2010.
Surasmi. Perawatan Bayi Resiko Tinggi. EGC. Jakarta : 2002.
Tiran. Mengatasi Mual-Muntah Dan Gangguan Lain Selama Kehamilan. Diglossia. Jakarta : 2008.

Wiknjosastro.  Ilmu kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo : 2005

Tidak ada komentar:

Posting Komentar