HUBUNGAN KEJADIAN HIPEREMESIS GRAVIDARUM DENGAN BERAT BAYI LAHIR PADA
IBU BERSALIN DI RSUD AMBARAWA
KABUPATEN SEMARANG
Elli Yafit
Viviawati),
Heni Setyowati2), Eti Salafas3)
Akademi
Kebidanan Ngudi Waluyo
Email:
UP2M@AKBIDNgudiWaluyo
ABSTRAK
Elli Yafit
Viviawati, 2015 ; Hubungan Kejadian Hiperemesis Gravidarum
dengan Berat Bayi Lahir pada Ibu bersalin di RSUD Ambarawa Kabupaten Semarang. Karya Tulis Ilmiah. DIII Kebidanan Ngudi
Waluyo.
Pembimbing I. Heny Setyowati, S.SiT, M.Kes. II. Eti Salafas, S.SiT
Berdasarkan perkiraan organisasi kesehatan dunia World Health Organization (WHO) hampir
semua (98%) dari Lima juta kematian neonatal terjadi di Negara berkembang.
Lebih dari dua pertiga kematian itu terjadi pada periode neonatal dini umumnya
terjadi karena Hiperemesis Gravidarum yang menyebabkan berat badan lahir kurang
dari 2500 gram.
Tujuan penelitian mengetahui hubungan kejadian hiperemesis gravidarum dengan berat
bayi lahir pada ibu bersalin di RSUD Ambarawa Kabupaten Semarang.
Desain
penelitian ini menggunakan studi korelasi. Populasi dalam Karya
Tulis Ilmiah penelitian ini adalah seluruh ibu melahirkan di RSUD Ambarawa
Kabupaten Semarang pada tahun 2014 sebanyak 519 persalinan. Seluruh ibu
melahirkan di RSUD Ambarawa Kabupaten Semarang pada tahun 2014 yang masuk
kriteria inklusi eksklusi sebanyak 198 ibu bersalin dengan teknik Purposive Sampling. Jenis data yang
diambil pada penelitian ini terdiri data sekunder yaitu data persalinan ibu
bersalin di RSUD Ambarawa tahun 2014 dengan uji Chi Square
Hasil penelitian sebagian responden mengalami
hiperemesis gravidarum sebanyak 40 responden (20,2%). Sebagian responden
melahirkan BBLR sebanyak 36 responden (18,2%). Ada hubungan antara kejadian
hiperemesis gravidarum dengan berat bayi lahir pada ibu bersalin di RSUD
Ambarawa Kabupaten Semarang dengan nilai p
value 0,000 < (0,05).
Saran bidan diharapkan memberikan konseling secara
terus menerus pada ibu hamil agar saat
terjadi hiperemesis dapat tertangani dan tidak terjadi BBLR.
Kata Kunci : hiperemesis gravidarum, berat bayi lahir
ABSTRACT
Viviawati, Elli Yafit. 2015; The Correlation between Hyperemesis Gravidarum Incidence and Newborn Weight on Delivery Mother at RSUD Ambarawa Regency Semarang. Scientific Paper. Ngudi Waluyo Midwifery Academy. First Advisor: Heni Setyowati, S.SiT.,M.Kes. Second Advisor: Eti Salafas, S.SiT
Based on the prediction of the World Health Organization (WHO) almost all (98%) of the five million neonatal deaths occur in developing countries. More than two-thirds of the deaths occurred in the early neonatal period and generally occur as an effect of hyperemesis gravidarum that causes birth weight less than 2500 grams.
This study aims to find the find the correlation between the incidences of hyperemesis gravidarum and low birth weight in mothers delivered at Ambarawa Regional Hospital Semarang Regency.
This was a correlative study. The population in this study was all mothers who giving birth at RSUD Ambarawa. Regency in 2014 as many as 519 mothers and who qualified on the inclusion and exclusion criteria as many as 198 mothers that sampled by using the purposive sampling technique. The data in this study consisted of secondary data of the deliveries at RSUD Ambarawa in 2014 that analyzed by using Chi Square test.
The results of this study indicate that most respondents suffered
from hyperemesis gravidarum as many as 40 respondents (20.2%). Most respondents
gave birth with LBW as many as 36 respondents (18.2%). There is a correlation
between the incidence of hyperemesis gravidarum and low birth weight at mothers
delivered at Ambarawa Public Hospital Semarang Regency with p value of 0.000
< (0.05).
The midwives are expected to provide counseling
program continuously for the pregnant women so that in the hyperemesis can be
treated and the LBW does not occur.
Keywords : hiperemesis gravidarum, low birth
weight
PENDAHULUAN
Latar
Belakang
Angka Kematian Ibu (AKI)
dijadikan salah satu indikator keberhasilan sistem pelayanan kesehatan suatu
negara. Angka Kematian Ibu (AKI) adalah indikator dibidang kesehatan obstetri.
Sekitar 800 wanita meninggal setiap harinya dengan penyebab yang berkaitan
dengan kehamilan dan persalinan. Hampir seluruh kematian maternal terjadi di
negara berkembang dengan tingkat mortalitas yang lebih tinggi di area pedesaan
dan komunitas miskin dan berpendidikan rendah (WHO, 2012).
Berdasarkan perkiraan organisasi
kesehatan dunia World Health Organization
(WHO) hampir semua (98%) dari Lima juta kematian neonatal terjadi di Negara berkembang.
Lebih dari dua pertiga kematian itu terjadi pada periode neonatal dini umumnya terjadi karena
Hiperemesis Gravidarum yang menyebabkan berat badan lahir kurang dari 2500
gram. Menurut WHO 17% dari 25 juta persalinan pertahun adalah Bayi Berat Badan
Lahir Rendah (BBLR) dan hampir semua terjadi di Negara berkembang (Dinkes, 2009).
Hiperemesis gravidarum dapat
dideteksi dan dicegah pada masa kehamilan dengan cara pemeriksaan kehamilan
secara teratur dengan penanganan yang baik. Deteksi dini terhadap tanda bahaya
kehamilan dilakukan minimal 4 kali selama ibu hamil atau dilakukan pada tiap
trimester yaitu pada kunjungan pertama atau Trimester I tanda bahaya yang
diwaspadai adalah anemia, penyakit keturunan, infeksi dan degenerative,
perdarahan (Abortus, kehamilan ektopik terganggu, mola hidatidosa), hiperemesis
gravidarum, kelainan genetik janin jika memiliki resiko tinggi. Pada kunjungan
ulang atau Trimester II yang harus diwaspadai tentang kejadian atau tanda
bahaya yaitu perdarahan, preeklampsia dan eklampsia, gangguan pertumbuhan
janin. Pada kunjungan Trimester III tanda bahayanya adalah adanya kehamilan
ganda, ibu mengalami perdarahan (plasenta previa atau solusio plasenta) (Ai
Yeyeh, 2010 :
hal 5).
Mual dan muntah terjadi pada
60-80% pada primigravida dan 40-60% multigravida. Perasaan mual ini disebabkan
karena meningkatnya kadar hormon estrogen dan HCG dalam serum. Pengaruh
fisiologik kenaikan hormon ini belum jelas, mungkin karena sistem syaraf pusat
atau pengosongan lambung yang berkurang. Wanita dapat menyesuaikan dengan
keadaan ini, meskipun demikian gejala mual dan muntah yang berat dapat
berlangsung sampai 4 bulan. Pekerjaan sehari-hari menjadi terganggu dan keadaan
umum menjadi buruk. Keadaan inilah yang disebut hiperemesis gravidarum. Wanita hamil memuntahkan segala apa yang dimakan dan
diminum hingga berat badannya sangat turun, turgor kulit berkurang, diuresis
berkurang dan timbul asetonuri, keadaan ini disebut hiperemesis gravidarum dan
memerlukan perawatan di rumah sakit. Perbandingan insiden hiperemesis
gravidarum 4:1000 kehamilan. Sindrom ini ditandai dengan adanya muntah yang
sering, penurunan berat badan, dehidrasi, asidosis karena kelaparan, alkalosis,
yang disebabkan menurunnya asam HCl lambung dan hipokalemia.
Dampak
yang ditimbulkan dari hiperemesis
gravidarum pada ibu yaitu kekurangan nutrisi dan cairan sehingga keadaan fisik
ibu menjadi lemah dan lelah dapat pula mengakibatkan gangguan asam basa,
pneumonia aspirasi, robekan mukosa pada hubungan gastroesofagi yang menyebabkan
peredaran ruptur esofagus, kerusakan hepar dan kerusakan ginjal, ini akan
memberikan pengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan janin karena nutrisi yang
tidak terpenuhi atau tidak sesuai dengan kehamilan, yang mengakibatkan
peredaran darah janin berkurang (Setiawan, 2007). Hiperemesis gravidarum ini
jika terjadi hanya diawal kehamilan pada janin/bayi tidak berdampak terlalu
serius, tapi jika sepanjang kehamilan si ibu menderita hiperemesis gravidarum,
maka kemungkinan bayinya mengalami BBLR, IUGR, Prematur hingga menjadi abortus
(Prawirohardjo, 2009
: hal 815).
Berdasarkan studi pendahuluan
yang telah dilakukan di RSUD Ambarawa pada bulan Juni sampai November 2014
terdapat ibu bersalin 259 dimana didapatkan data ibu bersalin dengan riwayat
hiperemesis gravidarum 20 ibu (7,72%), preeklampsi berat 94 ibu (36,29%),
ketuban pecah dini 18 ibu (6,94%), Anemia 12 ibu (4,63%), hepatitis 5 ibu
(1,93%), serotinus 16 (6,17%), Infeksi menular seksual 4 ibu (1,54%), gemelli 6
ibu (2,31%), hipertensi gestasional 7 ibu (2,70%), jantung 1 ibu (0,38%), lahir
spontan 76 ibu (29,34%). dengan jumlah kejadian BBLR sebanyak 106 bayi (40,93%)
dan sisanya normal (59,07%).
Berdasarkan data yang diperoleh pada
bulan Januari-Februari 2014 di RSUD Ambarawa didapatkan
data jumlah ibu bersalin sebanyak 87
dengan riwayat hiperemesis sebanyak 7(8,04%)
ibu. Dari 7 (8,04%) ibu ini didapatkan berat lahir bayinya : 4 bayi (57,1%) berat
bayi lahir rendah dan 3 bayi (42,8%) berat badan lahir nya normal. Masalah yang dapat
dilihat dari 100% ibu melahirkan dengan riwayat hiperemesis masih ada 57,1%
yang melahirkan berat bayi lahir rendah. Peneliti juga melakukan
wawancara kepada bidan ditemukan hasil wawancara yaitu Ibu yang menderita
hiperemesis gravidarum ditemukan sampai mengalami dehidrasi dan penurunan berat
badan drastis serta keadaan umumnya buruk sehingga perlu dirawat di rumah sakit
segera dan ditangani dengan penambahan nutrisi berupa cairan, glukosa,
elektrolit serta vitamin melalui infus, tetapi setelah dirawat selama 1 bulan
ketika sudah pulang pada bulan berikutnya ibu mengalami hyperemesis
gravidarum sehingga perlu dirawat lagi.
Kejadian hiperemesis gravidarum juga ada yang sampai trimester III dan
pertumbuhan janin tidak sesuai dengan umur kehamilan sampai ibu mengalami nyeri
ulu hati, ada juga ibu yang mengalami hiperemesis berat hingga terjadi gangguan
pencernaan pada esophagus dan terjadi ulkus lambung, sehingga memperberat
keadaan umum ibu dan melahirkan bayi berat lahir rendah. Berdasarkan
fenomena tersebut
menunjukkan jika tidak mendapatkan penanganan yang baik, keadaan dapat menjadi
lebih buruk dan dapat mengancam kehidupan ibu dan . Berdasarkan data yang telah
didapat diatas maka tujuan penelitian
ini adalah untuk mengetahui hubungan kejadian hiperemesis gravidarum dengan
berat bayi lahir di
RSUD Ambarawa.
Tujuan
1.
Tujuan
Umum
Mengetahui hubungan kejadian
hiperemesis gravidarum dengan berat bayi lahir pada ibu bersalin di RSUD
Ambarawa Kabupaten Semarang.
.
2.
Tujuan
Khusus
a. Mengetahui
karakteristik ibu bersalin (pendidikan, pekerjaan) di RSUD Ambarawa Kabupaten
Semarang.
b.
Mengetahui
kejadian hiperemesis gravidarum di RSUD Ambarawa Kabupaten Semarang.
c.
Mengetahui
berat bayi lahir pada ibu bersalin di RSUD Ambarawa Kabupaten Semarang.
d.
Mengetagui
hubungan kejadian
hiperemesis gravidarum dengan berat bayi lahir pada ibu bersalin di RSUD
Ambarawa Kabupaten Semarang.
A.
Manfaat
penelitian
1.
Bagi
Responden
Pengalaman untuk
menambah wawasan dan meningkatkan pengetahuan ibu hamil tentang hiperemesis
gravidarum dengan berat bayi lahir.
2.
Bagi
RSUD Ambarawa
Bahan informasi dan
menjadi masukan dalam menetapkan kebijakan kualitas dan mutu pelayanan
kebidanan Rumah Sakit Umum Daerah Ambarawa Kabupaten Semarang.
3.
Bagi
Instituti Pendidikan
Bahan referensi
atau sumber informasi bagi mahasiswi yang akan melakukan penelitian dan dapat
dimanfaatkan sebagai sumber bacaan.
4.
Bagi
Peneliti
Pengalaman berharga dalam rangka
menambah wawasan pengetahuan serta pengembangan diri, khususnya dalam bidang
penelitian lapangan.
METODE
PENELITIAN
Dalam penelitian ini variabel
yang diteliti menggunakan jenis variabel bebas (Variabel Independen) dan variabel terikat (Variabel Dependen). Penelitian ini variabel yang diteliti
menggunakan jenis variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebasnya adalah
kejadian hiperemesis gravidarum dan variabel terikatnya adalah berat bayi
lahir.
Lokasi Penelitian
Penelitian ini
dilakukan di RSUD Ambarawa Kabupaten Semarang. Penelitian ini dilakukan di RSUD
Ambarawa Kabupaten Semarang pada Bulan Mei 2015.
Jenis penelitian ini adalah
penelitian korelasional yaitu penelitian yang mencari ada tidaknya hubungan dua
variabel penelitian. Pendekatan
yang digunakan adalah pendekatan cross
sectional. Pendekatan cross sectional yaitu penelitian untuk
mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor resiko dengan efek, dengan
cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point time approach). Artinya, tiap
subjek penelitian hanya diobservasi sekali saja dan pengukuran dilakukan
terhadap status karakter atau variabel subjek penelitian diamati pada waktu
yang sama (Notoatmodjo, 2012 : hal 38) Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh ibu melahirkan di RSUD Ambarawa Kabupaten Semarang pada tahun 2014
sebanyak 519 persalinan. Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh ibu
melahirkan di RSUD Ambarawa Kabupaten Semarang pada tahun 2014 sebanyak 198 ibu
bersalin dengan kriteria inklusi
sebagai berikut:
1. Ibu melahirkan normal tanpa
komplikasi kecuali partus macet, partus tak maju, serotinus di RSUD Ambarawa
Kabupaten Semarang pada tahun 2014.
2. Ibu melahirkan secara sectio
caesaria tanpa komplikasi kecuali letak lintang, letak sungsang, riwayat sectio
caesaria di RSUD Ambarawa Kabupaten Semarang pada tahun 2014.
3. Ibu melahirkan dengan faktor
pengganggu hanya dengan hiperemesis gravidarum.
4. Terdapat data riwayat
kehamilan dan data BB bayi
dalam rekam medis.
Tehnik pengambilan sampel dalam
penelitian ini adalah menggunakan teknik Purposive
Sampling yaitu pengambilan sampel didasarkan pada suatu pertimbangan
tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri, berdasarkan ciri atau sifat-sifat
populasi yang sudah diketahui sebelumnya (Notoatmodjo, 2012 hal: 124). Jenis
data yang diambil pada penelitian ini terdiri data sekunder. Data sekunder
adalah data yang sudah tersedia sehingga kita tinggal mencari dan mengumpulkan
(Sugiyono, 2008 : hal 92). Dalam penelitian ini data sekunder yang digunakan
adalah data persalinan ibu bersalin di RSUD Ambarawa Tahun 2014. Instrumen yang digunakan untuk mengambil data dalam
penelitian ini berupa lembar rekap data dan rekam medis kejadian hiperemesis
dan berat badan bayi lahir. Analisis data
dinyatakan dalam bentuk distribusi frekuensi dan persentase kemudian dianalisis
secara univariat dapat dibuat distribusi
frekuensi dan proporsi atau prosentase :
P = F/N X 100%
Keterangan :
P : Jumlah presentase
F : Frekuensi
N : Jumlah keseluruhan sampel
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Analisis
Univariat
1.
Karakteristik ibu melahirkan di RSUD Ambarawa Kabupaten
Semarang
a.
Pendidikan
Tabel
4.1. Distribusi frekuensi pendidikan ibu melahirkan di RSUD Ambarawa Kabupaten
Semarang
Pendidikan
|
Frekuensi
|
Persentase (%)
|
Tinggi
Menengah
Dasar
|
9
112
77
|
4,5
56,6
38,9
|
Jumlah
|
198
|
100,0%
|
Tabel 4.1. menunjukkan
bahwa sebagian besar pendidikan responden menengah sebanyak 112
responden (56,6%),
b.
Pekerjaan
Tabel
4.2. Distribusi frekuensi pekerjaan
ibu melahirkan di RSUD Ambarawa Kabupaten Semarang
Pekerjaan
|
Frekuensi
|
Persentase (%)
|
Tidak bekerja
Bekerja
|
49
149
|
24,7
75,3
|
Jumlah
|
198
|
100,0%
|
Tabel 4.2. menunjukkan
bahwa sebagian besar responden bekerja sebanyak 149 responden
(75,3%)
2.
Tabel
4.3. Distribusi frekuensi kejadian hiperemesis gravidarum
di RSUD Ambarawa Kabupaten Semarang
Hiperemesis Gravidarum
|
Frekuensi
|
Persentase (%)
|
Hiperemesis
Tidak Hiperemesis
|
40
158
|
20,2
79,8
|
Jumlah
|
198
|
100,0%
|
Berdasarkan
tabel 4.3. dapat dilihat bahwa sebagian besar responden tidak mempunyai
riwayat hiperemesis gravidarum sebanyak 158 responden (79,8%)
3.
Tabel
4.4. Distribusi frekuensi kejadian berat bayi lahir di RSUD
Ambarawa Kabupaten Semarang
Berat bayi lahir
|
Frekuensi
|
Persentase (%)
|
BBLR
Normal
|
36
162
|
18,2
81,8
|
Jumlah
|
198
|
100,0%
|
Berdasarkan
tabel 4.4. dapat dilihat bahwa sebagian
besar responden melahirkan bayi dengan berat normal sebanyak 162
responden (81,8%)
Analisis Bivariat
4.
Hubungan antara
kejadian hiperemesis gravidarum dengan berat bayi lahir pada ibu bersalin di
RSUD Ambarawa Kabupaten Semarang
Tabel
4.5. Hubungan
antara
kejadian hiperemesis gravidarum dengan berat bayi lahir pada ibu bersalin di
RSUD Ambarawa Kabupaten Semarang
Hiperemesis
|
Berat
bayi lahir
|
Jumlah
|
X2
|
p value
|
||||
BBLR
|
Normal
|
|||||||
F
|
%
|
f
|
%
|
F
|
%
|
|||
Hiperemesis
Tidak
Hiperemesis
|
24
12
|
60,0
7,6
|
16
146
|
40,0
92,4
|
40
158
|
100,0
100,0
|
55,45
|
0,000
|
Jumlah
|
36
|
18,2
|
162
|
81,8
|
198
|
100,0%
|
Berdasarkan
tabel 4.5 dapat dilihat bahwa responden yang mempunyai riwayat hiperemesis sebagian
besar bayinya lahir dengan berat bayi lahir rendah sebanyak 24 bayi (60,0%)
Berdasarkan uji chi square dapat dilihat bahwa
nilai p value 0,000 < (0,05) yang artinya ada hubungan antara
kejadian hiperemesis gravidarum dengan
berat bayi lahir pada ibu bersalin di RSUD Ambarawa Kabupaten
Semarang.
PEMBAHASAN
Analisa Univariat
Pendidikan
Dari Tabel. 4.1 Hasil penelitian
didapatkan sebagian besar pendidikan responden menengah sebanyak 112 responden
(56,6%) dan sebagian besar responden tidak mengalami hiperemesis
gravidarum sebanyak 87 responden (77,7%)%) hal ini dikarenakan pendidikan ibu membuat ibu semakin mudah menerima informasi
dan pengetahuan yang tinggi sangat mempengaruhi kejadian hiperemesis
gravidarum. Ibu tahu dan dapat mengatasi hiperemesis gravidarum, ibu juga
memeriksakan kehamilan dengan rutin dan memperhatikan nutrisi selama kehamilan
meskipun demikian masih ada 25 responden (22,3%) yang mengalami hiperemesis
gravidarum dikarenakan ibu kurang mengetahui tanda bahaya pada kehamilan
sehingga kejadian hiperemesis dianggap tidak berbahaya padahal hiperemesis
gravidarum ini apabila terjadi sepanjang kehamilan maka kemungkinan bayinya
mengalami berat bayi lahir rendah, prematur hingga terjadi abortus.
Hal ini sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Caixar Agus Sudharmono tahun 2013 dengan judul hubungan tingkat
pendidikan formal dengan pengetahuan ibu hamil tentang hiperemesis gravidarum
yang hasilnya responden yang memilki pendidikan tinggi dan memiliki pengetahuan
baik tentang hiperemesis gravidarum sebanyak 20 orang (76,9%) dan buruk sebanyak 6 orang
(23,1%).
Sedangkan responden yang memiliki pendidikan rendah memiliki pengetahuan baik
sebanyak 4 orang ( 23,5%
) dan buruk sebnyak 13 orang (76,5%). Ada hubungan yang bermakna
antara tingkat pendidikan dengan pengetahuan ibu hamil tentang hiperemesis
gravidarum (p-value 0,002 p<0,05 ).
Pekerjaan
Dari tabel 4.2 Faktor pekerjaan
juga mempengaruhi kejadian hiperemesis gravidarum hasil
penelitian didapatkan sebagian besar responden bekerja sebanyak 149 responden
(75,3%) 35
respoden (23,5%) mengalami hiperemesis gravidarum disamping itu juga kehamilan
kurang mendapat kebijakan oleh perusahaan karena mereka menganggap kehamilan
akan mengakibatkan wanita itu tersingkir dari promosi atau tertahan disuatu
posisi karena pada saat hamil kemungkinan dapat menimbulkan kesulitan –
kesulitan (penyakit kehamilan) tertentu bagi wanita yang bekerja (Surya Rusdy,
2003).
Hasil penelitian ini sejalan
dengan hasil penelitian yang dilakukan
oleh Cendy Sistarani tahun 2009 dengan judul gambaran karakteristik pada ibu
hamil yang mengalami hiperemesis gravidarum di Rumah Sakit Umum Daerah Karawang
Tahun 2007-2008 dengan hasil penelitian pada 38 ibu hamil yang mengalami
hiperemesis gravidarum, sebagian besar terjadi pada
hiperemesis gravidarum tingkat I sebanyak 78,9%, primi gravida sebanyak 57,9%, pendidikan SMA 50%, Status tidak bekerja 68,4%, sedangkan mola
hidatidosa dan kehamilan ganda 0%. Dari
38 ibu hamil yang mengalami hiperemesis
gravidarum, hiperemesis gravidarum
tingkat I sebanyak 78,9% yang sebagian besar dipengaruhi oleh faktor status
tidak bekerja ibu sebanyak 68,4%.
Kejadian hiperemesis gravidarum di RSUD Ambarawa
Kabupaten Semarang
Dari tabel 4.3 Hasil penelitian
menunjukkan sebagian besar responden tidak mempunyai riwayat hiperemesis gravidarum
sebanyak 158 responden
(79,8%)
dan yang mempunyai
riwayat hiperemesis gravidarum sebanyak 40
responden (20,2%).
Ibu yang mengalami hiperemesis
gravidarum lebih sedikit disebabkan penyebab hiperemesis gravidarum
sendiri belum diketahui secara pasti tetapi beberapa ibu mengalaminya.
Hiperemesis
gravidarum diartikan keluhan mual muntah yang dikategorikan berat jika ibu
hamil selalu muntah setiap kali minum atau makan. Akibatnya, tubuh sangat
lemas, muka pucat, dan frekuensi buang air kecil menurun drastis, aktifitas sehari-hari menjadi terganggu dan
keadaan umum menurun. Meski
begitu, tidak sedikit ibu hamil yang masih mengalami mual muntah sampai
trimester ketiga (Cuningham 2005 dalam Ai yeyeh, 2010 : hal 113).
Hasil penelitian didapatkan
sebagian besar ibu tidak mengalami hiperemesis gravidarum dan kehamilanya tidak
mengalami komplikasi yang lain sehingga keadaan ibu normal. Kejadian
Hiperemesis gravidarum yang merupakan
komplikasi mual dan muntah pada hamil muda, bila terjadi terus menerus dapat
menyebabkan dehidrasi dan tidak imbangnya elektrolit dengan alkolosis
hipokloremik. Belum jelas mengapa gejala-gejala ini hanya terjadi pada
sebagian kecil wanita, tetapi faktor psikologik merupakan
faktor utama, disamping pengaruh hormonal. Wanita yang sebelum kehamilan sudah
menderita lambung spastik dengan gejala
tidak suka makan dan mual, akan mengalami emesis gravidarum yang lebih berat
(Wiknjosastro 2005, 2010 : hal 120). Hasil
penelitian didukung penelitian yang dilakukan oleh Cendy Sistarani tahun 2009
dengan judul gambaran karakteristik pada ibu hamil yang mengalami hiperemesis
gravidarum di Rumah Sakit Umum Daerah Karawang Tahun 2007-2008 dengan hasil penelitian pada 38 ibu hamil yang mengalami hiperemesis gravidarum, sebagian besar terjadi pada
hiperemesis gravidarum tingkat I sebanyak 78,9%, primi gravida sebanyak 57,9%, pendidikan SMA 50%, Status tidak bekerja 68,4%, sedangkan mola
hidatidosa dan kehamilan ganda 0%. Dari
38 ibu hamil yang mengalami hiperemesis
gravidarum, hiperemesis gravidarum
tingkat I sebanyak 78,9% yang sebagian besar dipengaruhi oleh faktor status
tidak bekerja ibu sebanyak 68,4%.
Kejadian berat bayi lahir di RSUD
Ambarawa Kabupaten Semarang
Hasil
penelitian menunjukkan bahwa
sebagian responden yang mengalami hiperemesis gravidarum melahirkan bayi dengan
berat bayi lahir rendah sebanyak 24 responden (61,5%) hal ini dikarenakan
sebagian besar ibu yang bayinya BBLR terjadi pada ibu yang pendidikan
dasar
sehingga kurang pengetahuannya dalam menjaga kehamilan dan menghindari faktor-faktor yang
menyebabkan BBLR. Selain itu responden
pada penelitian ini sebagian besar ibu bekerja sehingga pekerjaan
ibu yang berat dimana ibu kurang beristirahat dapat menjadi pemicu kejadian
BBLR Hasil
penelitian Iin Tri Marlinawati dengan judul Faktor Risiko Yang Berhubungan
Dengan Kejadian BBLR Di RSUD Ungaran Tahun 2013 didapatkan hasil responden yang
melahirkan bayi BBLR berdasarkan usia ibu paling banyak adalah ibu yang berusia
berisiko (<20 dan >35 tahun) yaitu 45,6% (62 responden), berdasarkan jarak
kehamilan ibu berisiko (<2 tahun) yaitu 45,6% (41 responden), berdasarkan
paritas ibu berisiko (>3 anak) yaitu 45,1% (32 responden). Analisis bivariat
menunjukkan bahwa ada hubungan antara usia ibu dengan kejadian BBLR, ada
hubungan antara jarak kehamilan dengan kejadian BBLR, ada hubungan antara
paritas dengan kejadian BBLR. Simpulan : ada hubungan antara faktor risiko
dengan kejadian BBLR di RSUD Ungaran Tahun 2013
Hubungan
antara kejadian hiperemesis gravidarum dengan berat
bayi lahir pada ibu bersalin di RSUD Ambarawa Kabupaten Semarang
Berdasarkan
hasil penelitian dapat dilihat menunjukkan bahwa ada hubungan
antara kejadian hiperemesis gravidarum dengan berat bayi lahir pada ibu
bersalin di RSUD Ambarawa Kabupaten Semarang dengan nilai
p
value 0,000 <
(0,05).
Ada hubungan antara
kejadian hiperemesis
gravidarum
dengan berat bayi lahir pada ibu bersalin di RSUD
Ambarawa Kabupaten Semarang dapat
dilihat pada hasil penelitian dimana responden yang mempunyai riwayat hiperemesis
gravidarum ada 40 (20,2%) yang melahirkan berat bayi lahir
rendah ada 24 responden (60,0%) dan yang melahirkan berat badan lahir normal
ada 16 responden (40,0%). Hal ini
didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Raudhatul Janah tahun 2013 dengan
judul hubungan hiperemesis gravidarum dengan
berat badan bayi lahir pada ibu bersalin di wilayah kerja UPTD Puskesmas
Jaya Baru Banda Aceh didapatkan hasil dari 70 responden yang mengalami hiperemesis gravidarum dan
berat badan lahir
rendah sebesar 62,1% sedangkan dari 70 responden yang tidak mengalami
hiperemesis gravidarum dan berat badan lahir normal sebesar 80,5%. Hasil
penelitian juga menyatakan ada hubungan antara hiperemesis gravidarum dengan berat badan bayi lahir
dengan nilai p-value 0,001.
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan peneliti maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
Karakteristik
ibu melahirkan
a.
Sebagian besar pendidikan responden menengah sebanyak 112 responden
(56,6%).
b.
Sebagian besar responden bekerja sebanyak 149 responden
(75,3%).
1.
Sebagian
responden
mengalami hiperemesis gravidarum sebanyak 40
responden (20,2%).
2.
Sebagian responden melahirkan
BBLR sebanyak 36 responden (18,2%).
3.
Ada hubungan antara kejadian
hiperemesis gravidarum dengan berat bayi lahir pada ibu bersalin di RSUD
Ambarawa Kabupaten Semarang dengan nilai p value 0,000 < (0,05).
Saran
1.
Bagi Bidan
Bidan diharapkan memberikan
konseling secara terus menerus pada ibu
hamil agar saat terjadi hiperemesis dapat tertangani dan tidak terjadi BBLR.
2.
Bagi
RSUD Ambarawa
RSUD Ambarawa diharapkan memberikan
SOP bagi segenap tenaga kesehatan untuk berupaya penuh pada penanganan hiperemesis
gravidarum sehingga
tidak sampai terjadi berat bayi lahir rendah saat ibu melahirkan.
3.
Bagi
Peneliti Lain
Peneliti lain diharapkan meneliti
faktor lain yang dapat mempengaruhi berat bayi lahir rendah pada ibu
melahirkan seperti anemia.
DAFTAR
PUSTAKA
Arikunto. Prosedur penelitian Suatu Pendekatan.
Jakarta. Rhineka Cipta : 2013
Arisman. Gizi
dalam Daur Kehidupan. Jakarta : EGC : 2004.
Cunningham.
Obstetri Williams. EGC. Jakarta : 2005
Caixar
Agus Sudharmono. Hubungan tingkat pendidikan formal dengan pengetahuan ibu
hamil tentang hiperemesis gravidarum. 2013 http://www.e-jurnal.com/2014/10/hubungan-tingkat-pendidikan-formal.html
Cendy Sistarani. Gambaran karakteristik pada ibu
hamil yang mengalami hiperemesis gravidarum di Rumah Sakit Umum Daerah Karawang
Tahun 2007-2008.
http://www.e-jurnal.com/2014
Depkes. Kebijakan
Depkes Dalam Penurunan
AKI &AKB. Jakarta : 2009.
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa
Tengah. Profil Kesehatan 2012 Provinsi Jawa
tengah. Semarang : 2012.
Hidayat, A. Riset Keperawatan dan Tehnik penulisan
Ilmiah. Jakarta : Salemba Medika ; 2007.
Linda.
Hubungan Kejadian Hiperemesis Gravidarum dengan berat badan bayi lahir pada
ibu bersalin di wilayah kerja UPTD Puskesmas Jayabaru Banda Aceh. 2012. http://180.241.122.205/docslide/raudhatul_jannah-pp.pdf
Notoatmodjo
. Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta : 2010
Pantiawati. Bayi
dengan Berat Lahir Rendah. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirihardjo. Jakarta:
2010.
Prawirohardjo. Ilmu kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo : 2009
Pudjiadi. Pedoman Pelayanan Medis
Ikatan Dokter
Anak Indonesia. Jakarta:
IDAI : 2010.
Riwidikdo. Statiksik kesehatan. Jogjakarta: Mitra
Cendekia Press; 2009
Rukiyah, Ai
Yeyeh. Asuhan Kebidanan IV (Patologi
Kebidanan). Jakarta : Trans Info Media : 2010
Sugiyono.
Statistika untuk Penelitian. Jakarta: Alfabeta : 2010.
Surasmi.
Perawatan Bayi Resiko Tinggi. EGC. Jakarta : 2002.
Tiran. Mengatasi Mual-Muntah Dan
Gangguan Lain Selama Kehamilan. Diglossia. Jakarta : 2008.
Wiknjosastro. Ilmu kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo : 2005
Tidak ada komentar:
Posting Komentar